1. Phenomenologis meliputi pokok • Menyeluruh (wholistic), tidak melihat sasaran penelitian dalam bagian- bagiannya • Manusia sebagai pengukur sehingga manusia melakukan observasi • Hasil observasi diungkapkan dalam bentuk uraian kualitatif • Sasaran menurut pilihan, biasanya, suatu sasaran yang cukup sempit • Ilmu budaya sering menggunakan dasar penelitian secara phenomenologist
  2. Manusia Adalah Ukuran dari sesuatu Protagoras, yang mengatakan bahwa manusia adalah ukuran segalanya inilah yang disebut “ relativisme ”. Mereka tidak menerima kebenaran sebagai sesuatu yang tetap dan definitif. Kebenaran objektif tidak ada, berarti kebenaran adalah hal yang bersifat relatif. Menurut salah seorang sofis, Protagoras, manusia adalah ukuran segalanya, tidak ada sesuatu pun yang dianggap benar, baik dan bagus dalam hubungannya dengan manusia
  3. Philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaransejati atau kebenaran yang sesungguhnya.
  4. Apakah manusia itu dan apakah yang merupakan kebaikan  tertinggi bagi manusia? hal tersebut dikemukakan oleh (Scorates)
  5. Penelitian Lapangan
  6. Membuat penilaian Subjektif bisa juga disebut Aksioma 
  7. - Aksioma adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan merupakan Dalil Pemula, sehingga kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi, atau Aksioma yaitu suatu pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan bersifat umum, tanpa memerlukan pembuktian.
    - Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
    - Proposisi ialah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Dengan kata lain, Proporsisi sebagai pernyataan yang didalamnya manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain. 
  8. Untuk menguji peristiwa sebab akibat penelitian terbaik adalah dengan Percobaan atau disebut juga eksperimen (dari Bahasa Latin: ex-periri yang berarti menguji coba) adalah suatu set tindakan dan pengamatan, yang dilakukan untuk mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat antara gejala.
  9. Pengetahuan kita merupakan sebuah bentuk POSTERIORI, Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
  10. Karakteristrik atau ciri-ciri pemikiran kefilsafatan antara lain :
    a) Pemikiran yang bebas dan sebebas bebasnya
    b) Pemikiran yang rasional dan kritis
    c) Pemikiran yang esensial
    d) Pemikiran yang abstrak
    e) Pemikiran yang radikal
    f) Pemikiran yang holistic
    g) Pemikiran yang kantinu
    h) Pemikiran yang “inquiry”
    i) Pemikiran yang questioning
    j) Pemikiran yang analisis dan diskonstruksi
    k) Pemikiran spekulatif
    l) Pemikiran yang inventif
    m) Pemikiran yang sistematik
  11. Konstruk >> Berisi informasi yang terdapat pada tulisan, Berisikan tujuan, metode, dan cakupan dari tulisan, Tidak mencakup hasil, kesimpulan danrekomendasi,Biasanya sangat pendek,Memperkenalkan kepada pembaca tentang subjek dari tulisan
  12. tau 
  13. Positivisme Logika berkembang pada abad >> Memasuki abad XX perkembangan filsafat ilmu memasuki era baru. Sejak tahun 1920 panggung filsafat ilmu pengetahuan didominasi oleh aliran positivisme Logis atau yang disebut Neopositivisme dan Empirisme Logis.
  14. Penelitian yang mengikuti perkembangan masyarakat dari tahun ke tahun disebut :>> Penelitian longitudinal adalah salah satu jenis penelitian sosial yang membandingkan perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu. Penelitian jenis ini sengaja digunakan untuk penelitian jangka panjang, karena memakan waktu yang lama.[1] Karakteristik dan cakupan utama dari penelitian longtudinal meliputi
        # Data dikumpulkan untuk setiap variabel pada dua atau lebih periode waktu tertentu.
        # Subjek atau kasus yang dianalisis sama, atau setidaknya dapat diperbandingkan antara satu periode dengan periode berikutnya.
        # Analisis melibatkan perbandingan data yang sama dalam satu periode dengan antar metode yang berbeda.
  15. Penjelasan tentang Gejala alam dikenal sebagai >>> Teori ilmiah meliputi kumpulan konsep, termasuk abstraksi, phenomena yang bisa diobservasi, yangdikemukakan sebagai sifat-sifat yang bisa diukur, bersama dengan aturan-aturan (dinamakan hokum-hukum ilmiah) yang mengungkapkan hubungan antara dari konsep. Teori ilmiah disusun untukmenyesuaikan dengan data empiris yang tersedia, dan dikemukakan sebagai prinsip atau kumpulanprinsip untuk menjelaskan sekelompok fenomena.Teori ilmiah adalah jenis teori induktif, dalam data hal isinya (yaitu data empiris) dapat diungkapkandalam beberapa logika system formal yang hokum dasarnya (yaitu hukum ilmiah) dianggap sebagaiaksioma. Dalam teory deduktif , kalimat yang merupakan suatu urutan logika dari satu aksioma ataulebih juga merupakan kalimat dari teori itu.
  16. Perangkat - perangkat Metodologi (Logika,Induksi,Deduksi,Analogi,Komparasi)  >>> Logika di bagi dalam dua cabang pokok,yaitu Logika Dedukatif dan Logika Indukatif. hal itu sendiri merupakan cabang-cabang penyelidikan kefilsafatan.
    Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus.Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta cara-cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis.
    Logika induktif ialah logika yang membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum,melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus.kesimpulan hanya bersifat probabilitas beradasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah di ajukan.Dimisalkan kita melihat tiga peristiwa,yang di dalamnya, seseorang yang pergi ke gereja secara tetap memberi bantuhan kepada orang-orang yang miskin.Kita mungkin terpengaru untuk menyimpulkan bahwa semua oang yang pergi ke gereja mungkin memberi bantuhan kepada orang-orang miskin.Dalam hal ini,sesunggunya jumlah peristiwa yang kita dapatkan sulit untuk menjamin kebenaranpenyamarataan yang kita lakukan. Tetapi bagaimanapun juga,hal itulah contoh yang terdapat dalam induksi.Dan celakanya,bagi penyamarataan secara induktif tidak ada aturan yang di tetapkan kecuali hal-hal yang besifat umum, seperti :
        # Pastikanlah bahwa kita mendapatkan cukup peristiwa-peristiwa/hal-hal yang khusus ( tetapi yang di namakan cukup itu berapa jamlahnya )
        # Pastikanlah bahwa kita tidak menghadapi peristiwa-peristiwa yang istimewa (tetapi ukuan apakah yang dapat di gunakan untuk menemukan hal-hal yang istimewa).
    PENYIMPULAN SECARA KLAUSAL. Jenis induksi lainnya adalah yang berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi.Bila telah di ajukan suatu perangkat kejadian,maka haruslah di ajukan pertanyaan : "Apakah yang yang menyebabkan kejadian-kejadian itu..?" Misalnya ,terjadi suatu wabah penyakit tipus: "Apakah yang menyebabkan timbul wabah tipus.?" Ada suatu perangkat apa yang di namakan canons (aturan/ hukum) yang di kenal sebagai metode-metode mill yang mengajukan suatu perangkat kemungkinan untuk melakukan penyimpulan secara kausal. Metode-metode ini kadang kala berguna.Metode-metode tersebut adalah:
    1.Metode kesesuaian
    2.Metode kelainan
    3.Metode gabungan kesesuaian dan kelainan
    4.Metode sisa
    5.Metode keragaman beriringan.
    Logika Deduktif ialah logika yang membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu di telah di ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai sejumlah atau ini di antara suatu kelompok barang sesuatu.Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran dedukatif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pernyataan-pernyataan yang lebih dahuludi ajuka.Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di antara persoalan-persoalan yang menarik.
  17. Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Teknik pengumpulan data kualitatif diantaranya adalah interview (wawancara), quesionere (pertanyaan-pertanyaan/kuesioner), schedules (daftar pertanyaan), dan observasi (pengamatan, participant observer technique), penyelidikan sejarah hidup (life historical investigation), dan analisis konten (content analysis)
  18. a
  19. Penelitian Normatif biasa dilakukan pada bidang Manajemen, Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif. Norma juga terjadi dari hal-hal yang biasa atau nilai-nilaiyang berulang-ulang yang sudah disepakati atau suatu konsensus
  20. Filsafat Ilmu dikenal juga sebagai Filsafat Positivisme karena >> Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
  21. a
  22. -Aturan-aturan menyusun silogisme kategorik
    Aturan 1 : Sesuatu terminus dalam premis yang secara implicit ditentukan sebagai “sementara”,tidak mungkin muncul dalam kesimpulan dengan ditentukan sebagai “setiap” atau setiap ….tidak”.
    Aturan 2 : Terminus yang terdapat dalam premis-premis,tetapi tidak terdapat dalam kesimpulan,harus ditentukan sekurang-kurangnya sekali sebagai “setiap” atau “setiap…tidak”.
    Aturan 3 : Harus ada3 terminus dan hanya ada 3 terminus dalam 1 penalaran.
    Aturan 4 : Dari 2 premis negative tidak dapat ditarik suatu kesimpulan.
    Aturan 5 : Jika salah satu premis negative, maka kesimpulannya juga harus negative.
  23. Pada analisis faktor-faktor didalam statistika faktor diartikan sebagai Atribut yang menjadi Penyebab Analisis faktor bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal sebagai kombinasi linear sejumlah faktor, sehingga faktor tersebut mampu menjelaskan sebesar mungkin keragaman data yang dijelaskan oleh variabel asal.
  24. BAGAIMANA KERJA LOGIKA?
    —        Tugas kerja ilmu logika adalah memberikan penilaian benar  atau salah.
    —        Logika memberikan suatu ukuran (norma) yakni suatu anggapan tentang benar  dan salah. Dengan demikian, logika bersifat normatif.
    —        Pekerjaan logika menentukan peraturan-peraturan berfiikir  yang benar itu.
    —        Dengan demikian, logika adalah pengetahuan filsafat (philosiphy) atau art of thinking
    DEFINISI LOGIKA
    —        Setelah meninjau ciri-ciri cara kerja logika tersebu di atas, maka dapat dirumuskan definisi dari ilmu logika:
    1.   Logika ialah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan fikirannya dapat mencari kebenaran.
    2.   Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara-cara berfikir  yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran.
    3.   Logika ialah ilmu pengetahuan yg mempelajari pekerjaan akal dipandang dari jurusan benar & salah. 
  25. a
  26. a
  27. a
  28. a
  29. a
  30. Logika induktif membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan umum tetapi dari pernyataan-pernyataan yang khusus.Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. -Jenis induksi lain yaitu Penyimpulan secara kausal
  31. a
  32. 1.Yang ada (being)
    2.Kenyataan (reality) >> Yang nyata sebagai yang dapat dipercaya.segala sesuatu mempunyai sifat ‘yang ada’ namun tidak semua hal bersifat nyata atau merupakan kenyataan.
    3.Eksistensi (existence)>> Eksistensi mengandung pengertian ruang dan waktu.Eksistensi merupakan keadaan tertentu yang lebih khusus dari sesuatu.
    4.Esensi (essence) >> Esensi ialah hakikat barang sesuate.
    5.Substansi (substance) >> Substansi ialah sesuatu yang mendasari atau mengandung kualitas-kualitas serta sifat-sifat kebetulan yang dipunyai barang sesuatu.
    6.Materi (matter) >> Materi ialah perkataan yang digunakan sebagai nama jenis substansi yang mendasar dari alam fisik.
    7.Bentuk (form)>> Bentuk ialah struktur.
    8.Perubahan (change)>> Perubahan ialah proses dari keadaan potensial menjdi keadaan actual dan sebaliknya.
    9.Sebab-akibat (causality)>>Sesuatu yang dihasilkan oleh sebab dinamakan akibat.
    10.Hubungan (relation)>>Realisme berpendirian bahwa semua relasi berasal dari luar hal-hal yang berhubungan,sedangkan idealisme mengatakan smua hubungan berasal dari dalam,yakni hubungan yang terdapat didalam objeknya dan karma itu menghubungkan dua hal berarti merubah dua hal tersebut.
  33. Cabang-cabang filsafat
    -Logika sebagai mata pelajaran mengenai alat
    Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan suatu perangkat tertentu.
    -Metodologi
    Yaitu ilmu pengetahuan mengenai metode,khususnya metode ilmiah.
    -Metafisika
    Yaitu ilmu pengetahuan mengenai yang ada sebagai yang ada,yang dilawankan,misalnya dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada sebagai yang dijumlahkan.(Aristoteles)
    Metafisika dibagi 2 ;
    -Kosmologi,membicarakan asas-asas rasional dari yang ada yang teratur dan berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta susunannya.
    -Ontologi,membicarakan asas-asas rasional yang ada dan berusaha untuk mengetahui esensi terdalam dari yang ada.
    -Epistemologi
    Yaitu cabang filsafat yang menyelidik asal mula,susunan,metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan.
    -Biologi kefilsafatan
    Membicarakan persoalan biologi secara hakiki.
    -Psikologi kefilsafatan
    Membicarakan persoalan mengenai psikologo secara hakiki.
    -Antropologi kefilsafatan
    Membicarakan persoalan hakekat manusia(makna sejarah).
    -Sosiologi kefilsafatan
    Membicarakan mengenai hakekat masyarakat.
    -Etika
    Yaitu cabang filsafat yang bersangkutan dengan tanggapan-tanggapan mengenai tingkah laku yang betul yang mempergunakan sebutan-sebutan seperti ; baik,buruk,kebajikan,kejahatan,dsb.
    -Estetika
    Membicarakan definisi,susunan dan peranan keindahan khususnya dalam seni.
    -Filsafat agama
    Membicarakan mengenai istilah agama,keruntutan diantara kepercayaan-kepercayaan,bahan-bahan bukti bagi kepercayaan dan hubungan kepercayaan agama dengan kepercayaan lain.
  34. a
  35. a
  36. a
  37. Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang bersangkut paut dengan dengan teori pengetahuan.istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berakar dari kata episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu, pendapat atau pikiran). Jadi epistemologi adalah pikiran atau percakapan tentang ilmu pengetahuan
  38. Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
        * yang-ada (being)
        *kenyataan/realitas (reality)
        *eksistensi (existence)
        *esensi (essence)
        *substansi (substance)
        *perubahan (change)
        *tunggal (one)
        *jamak (many)
  39. a
  40. Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham, yaitu: (1) Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme; (2) Paham dualisme, dan (3) pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik.

    Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme.
  41. a
  42. Plato mengatakan (dalam Kattsoff, 1987) : “… filsafat memang tidak lain daripada usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus menerus.”
  43. a
  44. a
 Catatan Tambahan :
  • Ciri-ciri Karya-karya Plato
        Bersifat Sokratik
    Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya
        Berbentuk dialog
    Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.
        Adanya mite-mite
    Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi
    Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.
    Pandangan Plato tentang Ide-ide, Dunia Ide dan Dunia Indrawi
    Idea-idea
    Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.
    Dunia Indrawi
    Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
    Dunia Idea
    Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”.
  • Positivisme logis (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.

    Tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme logis ini antara lain Moritz Schlick, Rudolf Carnap, Otto Neurath, dan A.J. Ayer. Karl Popper, meski awalnya tergabung dalam kelompok Lingkaran Wina, adalah salah satu kritikus utama terhadap pendekatan neo-positivis ini.

    Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki minat kuat terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika. Mereka meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga, penganut paham ini mendukung teori-teori paham realisme, materialisme naturalisme filsafat dan empirisme.

    Salah satu teori Positivisme Logis yang paling dikenal antara lain teori tentang makna yang dapat dibuktikan, yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan dapat disebut sebagai bermakna jika dan hanya jika pernyataan tersebut dapat diverifikasi secara empiris. Konsekuensi dari pendapat ini adalah, semua bentuk diskursus yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, termasuk di antaranya adalah etika dan masalah keindahan, tidak memiliki makna apa-apa, sehingga tergolong ke dalam bidang metafisika.
  • Perbedaan
  • Cara berpikir secara logis terbagi dua, yaitu :
    induksi dan deduksi
    > Induksi merupakan suatu cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
    Contoh suatu pemikiran induksi : fakta memperlihatkan : kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang- binatang lainnya. Secara induksi dapat disimpulkan secara umum bahwa: semua binatang mempunyai mata.

    > Deduksi adalah suatu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
    Contoh suatu pemikiran deduksi : contoh berikut memakai pola berpikir yang dinamakan silogismus, suatu pola berpikir yang sering dipakai dalam menarik kesimpulan secara deduksi.
     Semua mahluk mempunyai mata
    (Premis mayor)
     Si Polan adalah seorang mahluk
    (Premis minor)
     Jadi si Polan mempunyai mata
    (Kesimpulan)
    Penarikan kesimpulan secara deduksi harus memenuhi syarat:
    Premis mayor harus benar, Premis minor harus benar, Kesimpulan harus sahih (mempunyai keabsahan)
  • Cabang2 filsafat yang diuraikan pada bagian ini adalah filsafat epistemologi, metafisika, logika, etika dan estetika.
    1.  Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang bersangkut paut dengan dengan teori pengetahuan.istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berakar dari kata episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu, pendapat atau pikiran). Jadi epistemologi adalah pikiran atau percakapan tentang ilmu pengetahuan.[1]
    2.  Metafisika berasal dari bahasa Yunani yaitu meta Physhika (sesudah fisika). Kata metafisika ini juga memiliki berbagai arti. Metafisika dapat berarti upaya untuk mengkarakteristikkan eksistensi atau realita sebagai suatu keseluruhan.[2] Namun secara umum metafisika adalah suatu pembahasanfilsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu yang ada.
    3. Logika, secara epistemologi adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika juga disebut logike episteme atau logica scientica yang berarti ilmu logika dan sekarang hanya disebut logika saja.[3]
    4.  Etika, berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan atau tempat yang biasa. Sedangkan ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan yang berbuat baik.[4] Etika sering disebut sebagai filsafat moral karena di dalamnya membicarakan tentang sifat dan kelakuan berbuat baik, membahas tentang adab dan susila.
    5.  Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan. Istilah ini berasal dari kata aisthesis, yang berarti pemahaman intelektual atau pengamatan intelektual atau pengamatan spiritual. Adapun art (seni) berasal dari bahasa latin yaitu ars, yang berarti seni, keterampilan, ilmu, kecakapan.

    [1] H. Mohammad Adib, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 41.
    [2] Ibid. hlm. 41.
    [3] Ibid. hlm. 41.
    [4] Ibid. hlm. 41.